Deskripsi
Dalam dunia industri, flowmeter adalah alat vital untuk mengukur laju aliran cairan dalam berbagai aplikasi seperti air bersih, limbah, bahan kimia, dan lainnya. Dua jenis flowmeter yang sering digunakan adalah flowmeter elektromagnetik dan flowmeter ultrasonik.
Meski keduanya termasuk flowmeter non-kontak dan digital, keduanya memiliki prinsip kerja, kelebihan, serta batasan yang berbeda. Lalu, mana yang cocok untuk kebutuhan Anda? Mari kita bahas secara mendalam.
Baca Juga: Faktor Sumber Kesalahan pada Flow Meter
Prinsip Kerja
Flowmeter Electromagnetic (Magnetic Flowmeter)

Flowmeter ini bekerja berdasarkan hukum Faraday tentang induksi elektromagnetik. Ketika cairan konduktif mengalir melalui medan magnet, maka akan timbul tegangan listrik yang sebanding dengan kecepatan aliran fluida.
Syarat utama: cairan harus memiliki konduktivitas listrik (misalnya air, lumpur, slurry, limbah cair).
Flowmeter Ultrasonic

Flowmeter ini menggunakan gelombang ultrasonik untuk mengukur kecepatan aliran fluida. Ada dua tipe utama:
Transit Time: mengukur perbedaan waktu antara dua sinyal ultrasonik.
Doppler: mengukur perubahan frekuensi pantulan sinyal dari partikel dalam fluida.
Tidak memerlukan cairan konduktif, dan cocok untuk cairan bersih maupun cairan dengan partikel.
Baca Juga: Masalah Umum Pada Flow Meter dan Cara Mengatasinya
Tabel Perbandingan Singkat
Aspek | Elektromagnetik | Ultrasonik |
---|---|---|
Cairan yang Cocok | Hanya konduktif | Konduktif & non-konduktif |
Akurasi | Tinggi | Tinggi (Transit Time lebih akurat) |
Pemasangan | Biasanya inline | Bisa clamp-on (tanpa potong pipa) |
Kontak dengan Fluida | Ya | Tidak (untuk model clamp-on) |
Pemeliharaan | Rendah | Sangat rendah (tidak kontak langsung) |
Harga | Sedang | Sedang–tinggi (tergantung jenis) |
Aplikasi | Air, lumpur, slurry, limbah | Minyak, air bersih, bahan kimia, makanan |
Kelebihan Flowmeter Elektromagnetik
Akurasi tinggi pada cairan berlumpur atau limbah.
Tahan korosi dengan material liner khusus (PTFE, rubber).
Cocok untuk aplikasi industri berat: tambang, pengolahan air, pulp & paper.
Kekurangan Flowmeter Elektromagnetik
Tidak bisa digunakan untuk minyak, udara, atau cairan non-konduktif.
Memerlukan instalasi inline (pipa harus dipotong).
Baca Juga: Hal yang perlu dipahami sebelum membeli flow meter
Kelebihan Flowmeter Ultrasonic
Instalasi non-invasif (clamp-on): cocok untuk retrofit sistem lama.
Tidak menyebabkan tekanan turun.
Bisa digunakan pada berbagai ukuran pipa, bahkan sangat besar.
Aman untuk aplikasi higienis (farmasi, makanan, air minum).
Kekurangan Flowmeter Ultrasonic
Akurasi bisa terganggu oleh gelembung udara atau perubahan suhu.
Tidak cocok untuk cairan kental berlumpur (kecuali tipe Doppler)
Baca Juga: Apakah Perlu Diadakan Pengecekan Rutin Terhadap Flow Meter
Kapan Menggunakan Masing – Masing Flowmeter
Gunakan Flowmeter Elektromagnetik Jika:
Mengukur limbah, lumpur, atau cairan kimia konduktif.
Membutuhkan akurasi tinggi di sistem inline.
Tidak masalah memotong pipa untuk instalasi.
Gunakan Flowmeter Ultrasonic Jika:
Tidak ingin memotong atau mengganggu aliran (sistem aktif).
Fluida tidak konduktif seperti minyak atau air ultra-murni.
Sistem butuh pemantauan sementara atau portabel.
Baca Juga: Perbandingan Flow Meter WFT 67 Dan VFM68-G
Kesimpulan
Pemilihan antara flowmeter elektromagnetic dan ultrasonic sangat bergantung pada jenis fluida, kebutuhan akurasi, kondisi instalasi, serta anggaran jangka panjang.
Magnetic: unggul di media konduktif dan lingkungan industri berat dengan akurasi tinggi.
Ultrasonic: unggul fleksibilitas, kompatibilitas fluida luas, dan kemudahan instalasi non-intrusive.
Pastikan Anda memilih jenis flowmeter yang benar-benar sesuai dengan kondisi lapangan, bukan hanya berdasarkan teknologi semata. Analisis kebutuhan teknis dan ROI akan membantu pengambilan keputusan yang cerdas
Sumber: www.mccrometer.com | apureflowmeter.com | www.artang.com | www.aarohies.com